Sabtu, 07
April 2012, kami rombongan mahasiswa jurusan Usaha Perjalanan Wisata (UPW) STP Sahid
Jakarta kembali berkesempatan untuk mengunjungi kawasan ekowisata, dan kali ini
adalah Suaka Margasatwa Muara Angke yang terletak di Kelurahan Kapuk
Muara, Kecamatan Penjaringan,
Kotamadya Jakarta Utara. Untuk
dapat bekunjung di sini dibutuhkan izin dari pihak pengelolah dimana pengunjung
harus terlebih dulu mengajukan surat kunjungan kepada Dinas Kehutanan yang disertai
dengan fotocopy KTP. Surat izin nya bernama SIMAKSI (surat izin memasuki
kawasan konservasi) yang dibuat di BKSDA Jakarta. Hal ini dilakukan untuk
menaati peraturan yang telah ditetapkan oleh polisi hutan setempat,
karena jumlah pengunjung dibatasi agar menjaga lingkungan suaka margasatwa ini
(UU No.5 tahun 1990, sanksi bagi yang pengunjung yang sengaja datang untuk
merusak kawasan ini). Suaka margasatwa Muara Angke (SMMA) ini adalah sebuah kawasan konservasi
berdasarkan yang dibuat berdasarkan SK Menteri Kehutanan RI Nomor:
097/Kpts-II/1988, 29 Februari 1988 di wilayah hutan bakau (mangrove) di pesisir utara Jakarta. Awalnya SMMA
ditetapkan sebagai cagar alam oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 17 Juni 1939, dengan luas awal sekitar
15,04 ha. Kemudian kawasan ini diperluas sehingga pada sekitar tahun
1960-an tercatat memiliki luas 1.344,62 ha. Dengan meningkatnya tekanan dan
kerusakan lingkungan baik di dalam maupun di sekitar kawasan Muara Angke,
sebagian wilayah cagar alam ini kemudian menjadi rusak. Sehingga, setelah 60
tahun menyandang status sebagai cagar alam, pada tahun 1998 Pemerintah mengubah
status kawasan ini menjadi suaka margasatwa untuk merehabilitasinya. Perubahan status ini
ditetapkan melalui SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No 097/Kpts-II/1998
sebagai Suaka Margasatwa Muara Angke dengan total luas 25,02 ha.
|
Papan Nama SMMA yang tercantum SK MenHut (beserta si satwa) |
Nah, pada saat
kami berkunjung hal pertama yang menjadi pertanyaan dalam benak kami adalah
mengapa suaka margasatwa ini tidak memiliki lahan parkir? Ternyata setelah
bertanya kepada seorang polisi hutan yang berada di situ yaitu Bapak Resijati
Wasito, ternyata dijelaskan bahwa pada zaman belanda dulu, kawasan pantai indah
kapuk dan kawasan suaka margasatwa ini termasuk kawasan hutan yang luas. Namun seiring
pekembangan zaman banyak lahan yang digunakan untuk pembangunan baik gedung-gedung
besar maupun jalan raya. Oleh sebab itu,
karena lahan suaka margasatwa ini semakin kecil dan terbatas maka diputuskan
untuk tidak dibuat lahan parkir karena hanya akan menambah kecil lokasi SMMA.
Pada SMMA ini
terdapat kira-kira 30 jenis tumbuhan dan 11 di antaranya adalah jenis pohon
(pohon mangrove), diantaranya jenis-jenis bakau
(Rhizophora mucronata, R. apiculata), api-api (Avicennia spp.), pidada
(Sonneratia caseolaris), dan kayu buta-buta
(Excoecaria agallocha). Beberapa jenis tumbuhan lain seperti ketapang (Terminalia catappa) dan nipah
(Nypa fruticans). Selain jenis-jenis di atas, terdapat pula beberapa jenis
pohon yang ditanam untuk reboisasi. Misalnya asam Jawa (Tamarindus indica), bintaro (Cerbera manghas), kormis (Acacia
auriculiformis), nyamplung (Calophyllum inophyllum), tanjang (Bruguiera
gymnorrhiza), dan waru laut (Hibiscus tiliaceus).
|
|
Nipah, palem penyaring limbah dan penahan erosi |
|
Pidada Casplaris, pohan tertua di SMMA yang berusia 50 tahun |
|
Danau Suaka Margasatwa Muara Angke, tempat burung laut mencari makan |
SMMA ini juga
merupakan tempat tinggal aneka jenis burung dan satwa lain yang telah sulit
ditemukan di wilayah Jakarta. Menurut survey, kira-kira ada 91 jenis burung,
yakni 28 jenis burung air dan 63 jenis burung hutan, yang hidup di wilayah ini.
Sekitar 17 jenis di antaranya adalah jenis burung yang dilindungi. Disini juga
terdapat burung-burung yang bahkan sudah terancam punah di mata internasional
seperti dan bubut Jawa
(Centropus nigrorufus),Pecuk Ular Asia (Anhinga Melongaster), dan Jalak Putih (Strunus
Melanopsterus). Burung terancam punah lainnya yang menghuni kawasan ini ialah bangau bluwok (Mycteria cinerea). Di Pulau Jawa, bangau jenis
ini diketahui hanya berbiak di Pulau Rambut yang terletak tidak jauh dari Muara Angke.
|
Beberapa burung "tersisih" yang hidup di Suaka Margasatwa Muara Angke |
Selain
berbagai macam jenis burung terdapat pula hewan-hewan seperti monyet ekor
panjang (Macaca fascicularis), biawak air
(Varanus salvator), ular sanca kembang
(Python reticulatus), ular sendok Jawa
alias kobra Jawa (Naja sputatrix), ular welang
(Bungarus fasciatus), ular kadut belang
(Homalopsis buccata), ular cincin mas
(Boiga dendrophila), ular pucuk (Ahaetula prasina) dan ular bakau
(Cerberus rhynchops). Menurut informasi dari warga sekitar, di SMMA masih
ditemukan pula jenis buaya muara (Crocodylus porosus).
|
Monyet Ekor Panjang, penghuni SMMA |
Untuk lokasi
suaka margasatwa nya dapat dikatakan memiliki pemandangan yang indah sekali
apalagi saat berjalan di sepanjang jembatan kayu nya. Rasanya ingin selalu
berfoto dan mengabadikan keindahan SMMA ini. Namun, diperlukan ketelitian dan
kewaspadaan extra saat berjalan karena terdapat beberapa kayu yang telah retak
dan juga ada sebagian yang telah lapuk. Untuk tanamannya pun tidak di rancang
secara khusus penempatannya agar kesan asli dan alami nya tetap terjaga sehingga
mungkin ada beberapa yang tumbuh ke tengah jembatan dan mengahalangi jalan para
pengunjung. Tetapi semua itu tidak dapat menyurutkan niat untuk terus berjalan
ke ujung jembatan sambil terus menikmati keindahan dan kesejukan SMMA.
|
Keindahan wilayah Suaka Margasatwa Muara Angke yang membuat ingin selalu berfoto |
|
|
|
Bersama teman-teman UPW di ujung jenbatan Suaka Margasatwa Muara Angke |
|
Tanaman yang tumbuh ke tengah jembatan (sedikit menghalangi jalan pengunjung) |
Namun sayang
nya, karena lokasinya berdekatan dengan Kali Angke dengan permukiman nelayan muara angke, sampah-sampah yang dibuang pada Kali Angke ikut
mengalir dan terbawa masuk ke area SMMA. Sebulan sekali (tergantung banyak nya
sampah) memang dilakukan pembersihan terhadap sampah-sampah tersebut, tetapi
masih saja terlihat beberapa jenis sampah di lokasi perairan SMMA ini. Hal ini
juga dipengaruhi kurangnya kesadaran masyarakat sekitar untuk tidak membuang
sampah di Kali.
Suaka
Margasatwa Muara Angke adalah “Rumah” bagi para satwa yang berada di dalamnya. Untuk
itu, sudah seharusnya kita memiliki kesadaran untuk selalu menjaga lokasi SMMA
ini agar kelangsungan hidup para satwa dapat terus berlanjut dan anak cucu kita
di masa depan pun tetap dapat melihat kawasan hutan mangrove seindah Suaka
Marga Satwa Muara Angke ini.
|
Foto Bersama Bapak Resijati
Wasito (Polisi Hutan) |
Nilai: 85
BalasHapusbagus dan cukup detail laporannya...mudah-mudahan hasil kunjungan ini dapat meningkatkan kesadaran dan kepedulian kita thd lingkungan sekitar kita, dan kita dapat merubah lifestyle untuk lebih bersahabat kepada alam.."Keep Clean and Green Jakarta"